Saturday, December 8, 2018

Tentang Kebiasaan


Saya sering kagum dengan kebiasaan-kebiasaan kecil yang orang lain lakukan. Saya teringat dengan kebiasaan teman saya ketika kami dalam perjalanan menuju suatu tempat. Teman saya ini selalu sigap membukakan pintu mobil dan memastikan kami dalam posisi nyaman, ketika rehat sejenak di rest area, ia bilang “Saya mau ke alfam*rt, kalian mau minum apa?”, sampai ketika tiba dia sibuk menurunkan barang-barang kami dan membawakannya tanpa kami minta. Kekaguman tertuju pada teman saya yang lain dan bagaimana ia memperlakukan seorang anak yang berkebutuhan khusus. Sebagian orang mungkin merasa terganggu dengan kehadiran orang asing yang tiba-tiba mendekati mereka ketika mereka sedang menyantap pesanannya di sebuah restoran. Tapi yang teman saya lakukan ini sungguh menyejukkan hati, ia bercengkrama dengan anak tersebut, merangkulnya, mendudukkannya di atas pangkuan, bahkan berbagi makanan. Setiap menyaksikan pemandangan seperti yang teman-teman saya lakukan ini, dalam hati saya bergumam “Their parents have succeded to raise them well.” 

Oh ya! Pak J, seorang satpam yang selalu dengan ramah menyambut dan menyapa setiap orang yang datang. Ada lagi kebiasaan murid saya, D, setiap saya masuk kelas, ia menghampiri saya dan menawarkan bantuan untuk membawakan tas dan laptop saya. Murid saya yang lain, G, selalu ikut membantu saya mencabut kabel-kabel dan perangkat lain setelah saya selesai mengajar di kelas tersebut.

Semua hal-hal kecil tersebut seringkali dilakukan secara spontan, dilakukan berulang dan mungkin tidak disadari oleh pelakunya. Seperti yang dikatakan Charless Duhigg dalam buku “The Power of Habits”, “Kita mungkin saja tidak ingat akan pengalaman yang akhirnya membentuk kebiasaan kita, tetapi ketika kebiasaan itu terekam dalam benak, mereka mempengaruhi cara kita berperilaku—seringkali tanpa kita sadari.” Lebih jauh Duhigg menjelaskan bahwa kebiasaan itu seperti penyelamat bagi otak kita, ia menghemat energi mental dan membantu kita untuk berfungsi secara produktif. Menurutnya, kita seringkali menyia-nyiakan betapa banyaknya energi yang harus dikeluarkan demi melakukan kegiatan yang kita lakukan sehari-hari, jika kita tidak melakukan kebiasaan yang kita bangun dan kembangkan. 

Contoh sederhananya adalah saya terbiasa menyimpan jarum pentul di atas lemari, setiap pagi ketika saya bersiap-siap memakai kerudung, tangan saya selalu mengarah ke atas lemari untuk membawa jarum pentul tersebut. Suatu pagi, ketika saya sedang memakai kerudung, tangan saya otomatis mengarah ke atas lemari, tetapi saat itu jarum pentul saya tidak ada disana, saya mencari-cari jarum tersebut dan mengingat-ingat dimana saya menyimpannya terakhir kali. Ternyata setelah saya mencari-cara selama kurang lebih 2 menit, saya ingat jarum pentul tersebut saya pindahkan ke atas meja kemarin. Ya, Charless benar, kebiasaan kecil tentang jarum pentul saja, sudah menghemat 2 menit waktu saya. Akan sangat melelahkan membanyangkan saya harus selalu berpikir dan mencari dimana jarum pentul saya setiap pagi. Dengan kebiasaan yang secara tidak sadar saya bangun----mengambil jarum pentul di atas lemari----tangan saya bergerak otomatis tanpa menunggu otak berpikir dahulu.

Apa yang dilakukan teman-teman saya tadi, mungkin tak mereka sadari sebagai suatu perbuatan baik yang menginspirasi saya pada khususnya. Kebiasaan, ketika itu positif, dapat membawa kita pada kebaikan dan mendekatkan kita pada tujuan hidup, tetapi ketika itu negatif, ia dapat menjadi kendaraan kita menuju kegagalan dan keburukan. Karena sekali lagi, kebiasaan seringkali dilakukan tanpa kita sadari.

Tebiasa tersenyum. Terbiasa menolong. Terbiasa gosok gigi sebelum tidur. Terbiasa membully. Terbiasa bicara kasar. Terbiasa menghina. Terbiasa buang sampah pada tempatnya. Dan terbiasa-terbiasa lainnya...

Saatnya memperhatikan kebiasaan-kebiasaan kita sehari-hari. Semoga kita bisa mempertahankan kebiasaan baik dan memerangi kebiasaan buruk. Ada kata-kata menarik yang saya temukan di Pinterest,

Gambar diambil dari https://id.pinterest.com/pin/213850682293968976/


Karena kebiasaan itu se”powerful” itu, bisa mengalahkan kata-kata dan aksi. Kebiasaan adalah hal yang dilakukan secara berulang dan menjadi rekam jejak seseorang. Makanya saya setuju dengan pendapatnya Mark Manson, penulis buku bestseller “The Subtle Art of Not Giving a F*ck” yang mengatakan bahwa ada dua hal yang dapat membangun kembali kepercayaan setelah ia dirusak, yang pertama adalah mengakui dengan besar hati kesalahan tersebut dan menyadari apa yang telah diperbuat, dan kedua adalah membangun rekam jejak perbaikan dan kebiasaan yang solid. “If someone breaks your trust, words are nice; but then you need to see a consistent track record of improved behavior”, begitu kata Mark Manson.

References:
Duhigg, Charles. (2012). The power of habit : why we do what we do in life and business. New York, N.Y. :Random House : Books on Tape,
Manson, M. (2016). The subtle art of not giving a fuck: A counterintuitive approach to living a good life. New York, NY: HarperOne.

No comments:

Post a Comment

Nano-Nano Quarter-Life Crisis

This picture is taken from  here Twenty Five. Do you think that we should accomplish something by turning this age? I used to t...